"Ini nampaknya ada tarik menarik yang kuat, tapi pada dasarnya adalah kepentingan," kata Direktur Global Future Institute Hendrajit saat ditemui di Jakarta, Rabu (28/1).
Jakarta, Proses tender minyak mentah yang dilakukan ISC-Pertamina sejak pekan lalu hingga saat ini belum juga diumumkan pemenangnya, nampaknya tengah terjadi tarik menarik antar kepentingan di dalamnya.
"Ini nampaknya ada tarik menarik yang kuat, tapi pada dasarnya adalah kepentingan," kata Direktur Global Future Institute Hendrajit saat ditemui di Jakarta, Rabu (28/1).
Menurutnya, alih fungsi pengadaan dari Petral-PES ke ISC-Pertamina yang direkomendasikan tim RKTM Faisal Basri dengan maksud supaya semua prosesnya menjadi melalui satu pintu, justru hanya menjadi pintu masuk mengganti importir semata.
"Ini kan hanya untuk ganti importir dan justru persoalannya itu tidak berubah. Tidak ada upaya orientasi untuk menghentikan impor. Apalagi ketergantungan kita dari hampir kepada 16 negara. Sehingga kita dalam konteks ini tetap menghidupkan terus ruh importir yang berkedok broker. Ini yang ga berubah," jelasnya.
"Bedanya kalau dulu 'trading arm'nya pertamina mulai dari jamannya Ari Soemarno itu kan hampir ada 96 trading arm walaupun yang paling dominan memang katanya itu lima, diantaranya itu di bawah kepemilikan Riza Chalid. Tapi kan dasarnya bukan Petralnya yang dibubarkan atau tidak, tapi ISC-nya ini yang harus di off dulu, sehingga buat satu skema baru kalaupun impor, dengan dasar yang tidak merugikan keuangan negara kita," sambung dia.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sumber terpercaya Aktual, diduga Daniel Purba berusaha memenuhi pesanan bowhirnya untuk memenangkan perusahaan tertentu. Hal tersebut nantinya akan terlihat dari harga pemenang tender yang bukan penawar termurah. Buat Daniel, tender awal kali ini sangat sulit karena harga yang masuk dari perusahaan pesanan tidak kompetitif sementara bossnya sudah memberikan pesanan untuk memenangkan perusahaan tertentu.
Perlu diketahui juga, tender sudah dibuka pada 22 Januari, dan seharusnya pada 27 Januari sudah diumumkan, tapi karena ada conflict of Interest Daniel Purba dan Networknya maka proses tender pun jadi molor.
"Ini nampaknya ada tarik menarik yang kuat, tapi pada dasarnya adalah kepentingan," kata Direktur Global Future Institute Hendrajit saat ditemui di Jakarta, Rabu (28/1).
Menurutnya, alih fungsi pengadaan dari Petral-PES ke ISC-Pertamina yang direkomendasikan tim RKTM Faisal Basri dengan maksud supaya semua prosesnya menjadi melalui satu pintu, justru hanya menjadi pintu masuk mengganti importir semata.
"Ini kan hanya untuk ganti importir dan justru persoalannya itu tidak berubah. Tidak ada upaya orientasi untuk menghentikan impor. Apalagi ketergantungan kita dari hampir kepada 16 negara. Sehingga kita dalam konteks ini tetap menghidupkan terus ruh importir yang berkedok broker. Ini yang ga berubah," jelasnya.
"Bedanya kalau dulu 'trading arm'nya pertamina mulai dari jamannya Ari Soemarno itu kan hampir ada 96 trading arm walaupun yang paling dominan memang katanya itu lima, diantaranya itu di bawah kepemilikan Riza Chalid. Tapi kan dasarnya bukan Petralnya yang dibubarkan atau tidak, tapi ISC-nya ini yang harus di off dulu, sehingga buat satu skema baru kalaupun impor, dengan dasar yang tidak merugikan keuangan negara kita," sambung dia.
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sumber terpercaya Aktual, diduga Daniel Purba berusaha memenuhi pesanan bowhirnya untuk memenangkan perusahaan tertentu. Hal tersebut nantinya akan terlihat dari harga pemenang tender yang bukan penawar termurah. Buat Daniel, tender awal kali ini sangat sulit karena harga yang masuk dari perusahaan pesanan tidak kompetitif sementara bossnya sudah memberikan pesanan untuk memenangkan perusahaan tertentu.
Perlu diketahui juga, tender sudah dibuka pada 22 Januari, dan seharusnya pada 27 Januari sudah diumumkan, tapi karena ada conflict of Interest Daniel Purba dan Networknya maka proses tender pun jadi molor.
sumber: Aktual.co
@
0 comments:
Post a Comment - Kembali ke Konten