JAKARTA — Unit Intregated Supply Chain (ISC) PT Pertamina (Persero) mulai menenderkan minyak mentah (crude oil). Tender minyak mentah ini untuk memenuhi kebutuhan kilang pengolahan Pertamina.
Vice President ISC Pertamina Daniel Syahputra Purba mengatakan, tender crude oil tersebut untuk memenuhi kebutuhan kilang pengolahan pada April 2015. “Kami sudah mulai lakukan tender. Kami akan evaluasi penawaran yang masuk,” katanya di Jakarta, Selasa (27/1).
Menurut Daniel, pihaknya telah mengumumkan pelaksanaan tender tersebut pada Kamis (22/1). Untuk tender lanjutan, ia mengungkapkan, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan Direktorat Pengolahan untuk crude dan Direktorat Pemasaran untuk bahan bakar minyak (BBM).
Daniel mengatakan, pihaknya akan menyeleksi peserta tender secara ketat. “Kami menjaga integritas dan transparansi,” ujarnya.
Sesuai rekomendasi Tim Reformasi Tata Kelola Migas, ISC membuka kesempatan kepada semua pihak termasuk pedagang (trader) yang kredibel untuk ikut dalam tender.
Sebelumnya dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR, Senin (26/1), Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan, Pertamina akan menyeleksi secara ketat kelayakan pemasok crude dan BBM dengan memakai pihak independen.
Tim Reformasi Tata Kelola Migas Kementerian ESDM merekomendasikan pengalihan peran tender impor minyak mentah dan BBM yang sebelumnya dilakukan Pertamina Energy Trading Limited (Petral) ke ISC Pertamina. Selama ini, Petral melakukan impor BBM sebanyak delapan hingga 10 juta barel per bulan dan minyak mentah 10 juta barel per bulan untuk kebutuhan Pertamina.
Tim juga merekomendasikan perombakan manajemen ISC. Sejak 30 Desember 2014, Pertamina menunjuk Daniel Purba yang juga merupakan salah satu anggota Tim Reformasi Tata Kelola Migas sebagai Vice President ISC.
Ditemui terpisah, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM I Gusti Nyoman Wiratmadja menuturkan, pemerintah akan melakukan evaluasi harga BBM setiap dua pekan sekali. “Kalau kita lihat saat ini, harga minyak dunia mulai turun, terus mulai datar, dan ada tanda-tanda mulai naik. Kita evaluasi setiap dua minggu, naik turunnya masih kita kaji. Kalau dilihat dari tren, turun terus lalu sekarang mulai datar,” katanya memaparkan.
Menurut Wiratmadja, bila melihat kecenderungan harga minyak dunia saat ini, harga BBM jenis Premium dan solar belum akan naik dalam waktu dekat. “Saya baru bertemu dengan para ahli perminyakan, dalam 12 bulan mereka analisis harga akan stabil, tidak akan dumping. Di kisaran 50 sampai 60 dolar AS per barel,” ujarnya.
Perkiraan para ahli tersebut, ia menambahkan, juga menjadi bahan pertimbangan bagi pemerintah untuk menentukan asumsi makro. Selain itu, pemerintah juga berniat membuat kebijakan batas atas harga BBM. Hal ini diterapkan bila terjadi kenaikan harga minyak yang cukup tinggi sehingga tidak membebani masyarakat.
sumber: republika.co.id
@
0 comments:
Post a Comment - Kembali ke Konten