PT Pertamina akhirnya merealisasikan impor minyak mentah dari Sonangol EP asal Angola, Afrika. Pada akhir Januari 2015 ini, impor dalam proses loading. Besaran awal impor minyak mentah dari Sonangol EP sebanyak 600.000 barel sampai dengan 900.000 barel.
Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Daniel Purba bilang, sebelum masuk Indonesia bulan Februari nanti, impor minyak mentah perdana dari Sonangol EP sudah bisa diterima ISC. Saat ini prosesnya sudah berlayar lewat kapal yang disewa oleh Pertamina.
"Kami mulai impor bulan ini, satu kapal isinya 600.000 hingga 900.000 barel. Nantinya, setiap bulan kami akan dikirim kembali," kata Daniel kepada Kontan, Senin (26/1/2015).
ISC memang sudah mendapat mandat menggantikan Pertamina Energy Trading Limited (Petral) dalam pengadaan minyak untuk kebutuhan dalam negeri. Daniel bilang, kebutuhan impor bahan bakar minyak mencapai 9 juta barel per bulan hingga 10 juta barel per bulan. "Untuk detailnya memang kami sedang bahas di internal ISC," tutur dia.
Dalam persetujuan sebelumnya, antara pemerintah dengan Sonangol EP, Pertamina sepakat membeli minyak dari perusahaan itu setara 100.000 barel per hari (bph).
Ini artinya, Sonangol EP akan memasok sepertiga dari kebutuhan bulanan minyak mentah untuk kebutuhan lokal atau sebanyak 3 juta barel saban bulan.
Sayang, kata Daniel, bulan ini pengiriman perdana impor minyak itu baru sebanyak 600.000- 900.000 barel. Adapun soal harga, Daniel mengaku belum bisa membukanya karena masih menunggu keterangan resmi dari Pertamina. Yang pasti. "Soal harga sudah disesuaikan lewat bussines to bussines," jelas dia.
Adapun soal diskon yang diberikan oleh Sonangol EP sebesar 15 persen dari harga minyak mentah dunia, Daniel juga berkilah belum mengetahui sedetail itu karena dirinya baru menjabat. "Nanti kami tanyakan tim dulu. Yang saya tahu pengiriman sedang loading sekitar 600.000-900.000 barel bulan ini," klaim dia.
Belum terwujud
Selain menyepakati membeli minyak mentah dari Sonangol EP, ada tiga nota kesepahaman yang disepakati Pertamina dan Sonangol EP.
Yakni: pertama, pemerintah dan Sonangol sepakat membangun industri upstream, kedua, keduanya sepakat membangun kilang minyak serta terakhir mendirikan perusahaan perdagangan atau perusahaan patungan.
Hanya, joint venture ini belum ada progresnya. Pasalnya, proses joint venture dengan Sonangol EP itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Namun, bila dalam dua bulan ke depan terjadi kesepakatan, itu akan baik bagi Pertamina. "Kami harap joint venture ini bisa berjalan baik dan cepat, agar diskon yang diterima Pertamina bisa lebih besar," tandas dia.
Vice President Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina Daniel Purba bilang, sebelum masuk Indonesia bulan Februari nanti, impor minyak mentah perdana dari Sonangol EP sudah bisa diterima ISC. Saat ini prosesnya sudah berlayar lewat kapal yang disewa oleh Pertamina.
"Kami mulai impor bulan ini, satu kapal isinya 600.000 hingga 900.000 barel. Nantinya, setiap bulan kami akan dikirim kembali," kata Daniel kepada Kontan, Senin (26/1/2015).
ISC memang sudah mendapat mandat menggantikan Pertamina Energy Trading Limited (Petral) dalam pengadaan minyak untuk kebutuhan dalam negeri. Daniel bilang, kebutuhan impor bahan bakar minyak mencapai 9 juta barel per bulan hingga 10 juta barel per bulan. "Untuk detailnya memang kami sedang bahas di internal ISC," tutur dia.
Dalam persetujuan sebelumnya, antara pemerintah dengan Sonangol EP, Pertamina sepakat membeli minyak dari perusahaan itu setara 100.000 barel per hari (bph).
Ini artinya, Sonangol EP akan memasok sepertiga dari kebutuhan bulanan minyak mentah untuk kebutuhan lokal atau sebanyak 3 juta barel saban bulan.
Sayang, kata Daniel, bulan ini pengiriman perdana impor minyak itu baru sebanyak 600.000- 900.000 barel. Adapun soal harga, Daniel mengaku belum bisa membukanya karena masih menunggu keterangan resmi dari Pertamina. Yang pasti. "Soal harga sudah disesuaikan lewat bussines to bussines," jelas dia.
Adapun soal diskon yang diberikan oleh Sonangol EP sebesar 15 persen dari harga minyak mentah dunia, Daniel juga berkilah belum mengetahui sedetail itu karena dirinya baru menjabat. "Nanti kami tanyakan tim dulu. Yang saya tahu pengiriman sedang loading sekitar 600.000-900.000 barel bulan ini," klaim dia.
Belum terwujud
Selain menyepakati membeli minyak mentah dari Sonangol EP, ada tiga nota kesepahaman yang disepakati Pertamina dan Sonangol EP.
Yakni: pertama, pemerintah dan Sonangol sepakat membangun industri upstream, kedua, keduanya sepakat membangun kilang minyak serta terakhir mendirikan perusahaan perdagangan atau perusahaan patungan.
Hanya, joint venture ini belum ada progresnya. Pasalnya, proses joint venture dengan Sonangol EP itu membutuhkan waktu yang tidak sebentar.
Namun, bila dalam dua bulan ke depan terjadi kesepakatan, itu akan baik bagi Pertamina. "Kami harap joint venture ini bisa berjalan baik dan cepat, agar diskon yang diterima Pertamina bisa lebih besar," tandas dia.
sumber: kompas.com
@
0 comments:
Post a Comment - Kembali ke Konten